MATERI SBDK KELAS X SEMESTER GENAP
Nama :
Armayyeni Nurillia Marsim, M.Pd.
Mata
Pelajaran : SBDK
Kelas :
X IPA 1 dan X IPA 5
Kode
MK : 3.11. Memahami kosep, teknik, dan prosedur
seni peran bersumber seni
teater tradisional.
Materi : Seni Teater Tradisional
Tujuan Pembelajaran : Setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan dapat
mengidentifikasi,
memahami, menjelaskan, mempresentasikan, dan
menyelesaikan masalah berkaitan
dengan seni teater tradisional.
بِسۡمِ
ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Assalamualaikum Wr. Wb.
Kembali lagi kita berjumpa dalam
pembelajaran seni budaya dan keterampilan.
Sebelum memulai pembelajaran
silakan berdo’a terlebih dahulu dan semoga semuanya sudah melaksanakan sholat
dhuha…
Materi SBDK hari
ini adalah seni teater tradisional.
Silakan cermati langkah-langkah
pembelajaran yang akan kita laksanakan.
1. Pelajari
uraian materi diblogger ini.
2.
20 menit terakhir akan
dilakukan evaluasi pembelajaran berupa tanya jawab melalui WA Grub PJJ.
3. Interaksi
lebih lanjut seputar uraian materi, pertanyaan dan tanya jawab dilakukan
melalui WA Grub PJJ.
SENI
TEATER TRADISIONAL
A. Pengertian Teater Tradisional
Istilah
teater berasal dari bahasa Yunani theatron
yang diturunkan dari kata draomai
yang berarti takjub memandang atau
melihat. Secara harfiah berarti gedung atau tempat pertunjukan. Kata teater
sekarang lebih dimaknai sebagai drama atau segala sesuatu yang berkaitan dengan
akting lakon. Teater tradisional merupakan seni pertunjukan yang muncul dari
suatu daerah setempat sebagai teater rakyat. Terdapat banyak teater tradisional
yang muncul di beberapa daerah dan diwarnai kultur etnis yang khas di
Indonesia. Keberadaannya mencerminkan kekayaan budaya dan keluhuran Budi
masyarakat daerah setempat yang telah mentradisi dalam kehidupan masyarakat
secara turun temurun. Teater tradisional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki
keunikan dan keindahan tersendiri, misalnya bentuk dan cara penyajiannya, gerak
fisik, latar serta irama pengiringnya.
2. Latar
atau setting nya masih sederhana
3. Pertunjukan
diselenggarakan di pentas terbuka
4. Kaya
akan pesan moral dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
5. Dialognya
dengan improvisasi
B. Jenis-Jenis Teater
Menurut
Waluyo (2001: 73) teater tradisional memiliki ciri khas, yaitu tanpa naskah
(improvisasi) dan bersifat supel. Selanjutnya, Kasim Ahmad (dalam Waluyo 2001:
73-75) mengklasifikasikan teater tradisional menjadi tiga macam yaitu sebagai
berikut:
1.
Teater
Rakyat
Teater rakyat memiliki
sifat improvisasi, sederhana, spontan, dan menyatu dengan kehidupan rakyat.
Contoh teater Rakyat yaitu Randai dari Sumatera Barat, makyong dari Riau,
Mamanda dari Kalimantan Selatan, Ubrug dari Jawa Barat, cepung dari Lombok dan
dagelan Mataram dari Yogyakarta.
2.
Teater
Klasik
Sifat teater ini sudah
mapan, sudah teratur, pelaku telah terlatih, gedung pertunjukan memadai dan
tidak lagi menyatu dengan kehidupan rakyat. Lahirnya jenis teater ini dari
pusat Kerajaan titik contoh Teater klasik adalah wayang kulit wayang orang dan
wayang golek.
3.
Teater
Transisi
Teater transisi merupakan teater
yang bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya penjiwaannya sudah
dipengaruhi teater barat. Contoh teater transisi adalah komedi stambul,
sandiwara dardanella dan sandiwara Srimulat
C. Teater Tradisional di Indonesia
Teater
tradisional Indonesia beraneka ragam baik yang berkaitan dengan kebudayaan
Hindu maupun yang sama sekali tidak terpengaruh oleh kebudayaan Hindu. Hampir
di setiap daerah di Indonesia memiliki bentuk teater tradisional. Berikut ini
penjelasan perkembangan beberapa teater tradisional di Indonesia:
1.
Ketoprak
Ketoprak merupakan
salah satu jenis teater tradisional yang terdapat di daerah Jawa yang dahulu
dikenal dengan ketoprak ongkek, ketoprak barangan, yang hampir setingkat dengan
“ngamen”. Sarana angkutan gamelannya dari satu tempat ke tempat yang lain
menggunakan pikulan, oleh karena itu ketoprak ongkek dikenal dengan nama ketoprak
pikulan atau ketoprak kelilingan. Tempat pentasnya kebanyakan di tempat-tempat
luas di pinggir pasar, lapangan, atau tempat yang ramai. Namun seiring
perkembangan zaman ketoprak kini lebih sering dipentaskan di gedung dengan
musik yang lengkap, tidak hanya gamelan, tetapi dicampur dengan musik modern. Tata
busana dan tata rias nya juga sudah bagus.
2.
Randai
Randai merupakan teater
tradisional yang terdapat di daerah Minangkabau. Randai dimainkan tanpa naskah,
tetapi dengan improvisasi. Pertunjukan Randai disampaikan melalui dialog, dendang
dan gurindam. Dalam satu adegan dimungkinkan seorang pelaku mengajak atau
meminta komentar penonton, memancing pelaku untuk akting atau berdialog.
Pertunjukan Randai dilakukan dalam bentuk arena dengan formasi penonton
melingkar serta permainannya pun disuguhkan melingkar. Pertunjukan Randai semula
dilakukan oleh laki-laki, tetapi setelah mengalami perkembangan sudah banyak
diikuti oleh wanita.
3.
Sanghyang
Sanghyang merupakan
teater tradisional di daerah Bali. Sanghyang berbentuk tarian yang bersifat
religius dan secara khusus berfungsi sebagai tarian penolak bahaya atau wabah
penyakit. Masyarakat Bali beranggapan bahwa pada zaman dahulu dunia ini penuh
bahaya-bahaya yang mengancam ketentraman hidup masyarakat. Kesederhanaan teater
di Bali terlihat pada irama, musik, dan bentuk peralatan musiknya.
4.
Ludruk
Ludruk berasal dari
daerah Surabaya. Pada awalnya Ludruk merupakan bentuk teater yang dibuat untuk
mendemonstrasikan kekebalan. Teater jenis ini sudah mulai dikenal pada abad
ke-13 masa kebesaran Kerajaan Majapahit, akan tetapi secara faktual ludruk baru
disaksikan pada tahun 1822. Ludruk merupakan hiburan massal dan seperti halnya
teater rakyat lainnya, ludruk bercampur-baur dengan berbagai unsur seni
pertunjukan, diantaranya adalah seni lawak dan tari. bahkan Tokoh wanita pada Ludruk
hingga kini diperankan oleh laki-laki dan itu merupakan daya tarik tersendiri.
Ludruk sebagai teater yang digunakan untuk keperluan upacara, awalnya sebelum
pertunjukan dimulai beberapa sesaji harus disiapkan. Akan tetapi, Ludruk yang
kini menjadi kesenian komersial dan jarang menggunakan sesaji, bahkan
dihilangkan sama sekali.
5.
Lenong
Lenong berasal dari
daerah Jakarta. Lenong memiliki ciri menampakan ungkapan kebudayaan plural. Hal
ini dapat dilihat dari penggunaan alat musik pengiringnya yakni berupa
instrumen dari Jawa Barat. Latar belakang perkembangan lenong diawali dengan
pengaruh Hindu-Budha yang masuk ke wilayah Sunda pedalaman. Pengaruh tersebut
terkikis dengan datangnya Islam sehingga terjadilah landscape kebudayaan yang
akhirnya menjadi latar teater khas Betawi yang disebut lenong. Awalnya,
sebagaimana seni tradisional lainnya lenong merupakan musik gambang kromong.
Akan tetapi, dewasa ini musik dangdut kerap masuk dalam pertunjukan ini.
6.
Wayang
Orang
Wayang orang merupakan
teater tradisional yang berasal dari Surakarta. Wayang orang lahir dari
lingkungan istana. Pada perkembangannya, wayang orang menjadi seni pertunjukan
populer. Munculnya wayang orang tidak dapat dilepaskan dari jasa KPAA
Mangkunegara IV dari Surakarta yang juga dikenal sebagai seniman tari dan
penyair.
7.
Teater
Uyeg
Teater uyeg berasal dari Sukabumi
Jawa Barat dan berfungsi sebagai ritual. Teater ini masih melestarikan
sisa-sisa budaya dari masa prasejarah. Pertunjukan uyeg diadakan sekali dalam
setahun sebagai rangkaian upacara seren taun.
Upacara seren taun adalah upacara
pemujaan kepada Sanghyang Sri Rubiang Jati sebagai dewi padi dan Sanghyang guru
Bumi sebagai dewa bumi. Teater uyeg dipertunjukkan dalam acara ini untuk mengisahkan
cerita Sri Langlang Bumi. Nama uyak disebabkan adanya seorang tokoh tua yang
memimpin upacara seren taun, yang
juga turut serta dalam pertunjukan teater dengan memainkan perannya sebagai
Raja Sanghyang Uyeg. Pertunjukan uyeg
merupakan ritual yang ada kaitannya dengan kesuburan. Sebagaimana upacara
bersih desa yang dilengkapi dengan pertunjukan wayang kulit dengan lakon Sri Temurun.
8.
Arja
Arja adalah teater
nyanyi yang pernah sangat terkenal di Bali. Kesenian ini adalah perpaduan
akting, dialog yang berbentuk nyanyian, serta tarian. Cerita yang dibawakan
dalam kesenian ini selalu mengambil cerita dari siklus Panji yang di Bali
dikenal sebagai Malat. Tempat pertunjukannya hanyalah ruang sederhana karena
dipentas tidak pernah hadir banyak pemain.
9.
Teater
Topeng
Teater topeng di Nusantara banyak
ragamnya, antara lain drama topeng beruntuk dari Desa Trunyan di Bali, topeng
Batak Simalungun dari Batak, topeng Tambun dari daerah Bekasi, topeng Panji
dari Malang, dan Topeng Cisalak. Teater topeng sebagaimana teater tradisional
yang lainnya, awalnya merupakan upacara ritual, kemudian berkembang menjadi
seni pertunjukan yang digemari masyarakat.
D. Prosedur Seni Peran Teater
Tradisional
Sebelum
membuat pertunjukan teater, terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan
terlebih dahulu yaitu sebagai berikut:
1.
Menyusun
Naskah Drama atau Teater
Sebelum memerankan sebuah karya
teater, tentunya akan lebih baik jika kamu juga berlatih menyusun sebuah naskah
drama atau teater. Hal yang berkaitan dengan penyusunan naskah teater atau
drama adalah teknik penyusunan, pembuatan kerangka cerita dan struktur dramatik
naskah.
2.
Menetapkan
Staf Produksi dan Staf Artistik
Staf produksi disini
identik dengan kepanitiaan. Seperti halnya kegiatan-kegiatan yang lainnya,
pementasan teater juga memerlukan panitia yang akan mengurus segala kebutuhan
di luar artistik. Hal-hal yang harus ditangani staf produksi antara lain adalah
rapat koordinasi, izin pementasan atau gedung, mencari sumber dana, promosi
atau publikasi, dokumentasi, konsumsi, dan kesekertariatan
3.
Memilih
Pemain (Casting)
Kegiatan casting ini
adalah memilih peminat-peminat atau calon-calon pemain. Ada bermacam-macam
dasar dalam menentukan peran, antara lain; berdasarkan kecakapan; berdasarkan
kesesuaian; menentukan pemilihan peran yang agak bertentangan dengan keadaan
watak atau sifat pemeran; memilih pemeran berdasarkan hasil observasi
pribadinya; dan menentukan casting untuk seorang pelaku yang sangat
bertentangan dengan watak asli dari pemeran itu sendiri.
4.
Mengelola
Kebutuhan Mentasan
Pengelolaan kebutuhan ini akan
sangat membantu pemain. Kebutuhan-kebutuhan pementasan antara lain: kebutuhan
pameran terdiri dari alat rias pemain dan kostum pemain; perlengkapan pentas,
terdiri dari tata cahaya dan dekorasi; menyusun rencana kegiatan (proposal); dan
menetralisasi pertunjukan.
E. Teknik Menyusun Naskah Lakon
Naskah
merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah pertunjukan teater. Sebelum
melakukan pertunjukan, kamu harus mempersiapkan naskah. Kamu dapat menggunakan
naskah yang sudah ada sebelumnya, mengadaptasi, ataupun membuat terlebih dahulu
sesuai dengan tema yang dipertunjukan. Jika kamu harus menulis naskah terlebih
dahulu, ada beberapa langkah yang harus kamu ikuti yaitu menentukan ide cerita,
membuat sinopsis cerita, mulai menulis, dan revisi.
F. Elemen-Elemen Pembentuk Naskah
Lakon
Suatu
naskah lakon tidak terbentuk dengan begitu saja. Seorang penulis naskah lakon
mendasarkan teks drama pada karakter, situasi, subject, serta dialog dan lakuan.
Berikut merupakan elemen-elemen pembentuk naskah lakon.
1. Karakter : berguna
untuk mengembangkan konflik. Menulis menggunakan karakter manusia sebagai bahan
penulisan, seperti jujur, bohong, pengasih, jahat, disiplin, malas, tanggung
jawab, pecundang, dan egois
2. Situasi
: penulis juga memanfaatkan rentetan situasi, dimulai dengan situasi yang akan
berkembang selama action terlaksana. Materinya berasal dari sumber kehidupan,
sedangkan pementasan drama terletak pada bahan penggarapannya.
3. Subjek :
Subjek atau tema ialah ide pokok lakon drama.
4. Dialog dan lakuan
; dialog untuk menggambarkan karakter tokoh, sedangkan lakuan fungsinya
melebihi dialog, akan tetapi menentukan dalam pertunjukan drama
G. Peragaan Adegan Sesuai Konsep,
Teknik, dan Prosedur Seni Peran Bersumber Seni Teater Tradisional
Pengertian
adegan adalah bagian dari suatu babak yang merupakan bagian dari rangkaian
suasana yang terdapat dalam babak tersebut. Adegan menjadi bagian dari lakon
sebuah teater atau drama. Tanpa adanya adegan, maka drama akan terasa monoton.
Setiap babak memiliki adegan-adegan yang berbeda yang menggambarkan isi dari
babak masing-masing. Untuk dapat menghayati karakter tersebut diperlukan suatu
langkah kerja mulai dari menganalisis karakter, observasi, interpretasi
kemudian memerankan peran tersebut.
1.
Analisis
Karakter
Tugas seorang pemeran
adalah menghidupkan dan memainkan karakter-karakter yang menjadi visi penulis
lakon. Untuk dapat memainkan dan menghidupkan karakter tersebut diperlukan
adanya analisis. Langkah terpenting dalam menganalisis karakter adalah membaca
dan mempelajari seluruh naskah.
2.
Observasi
Observasi adalah
menangkap atau merekam hal-hal yang terjadi dalam kehidupan. Misalnya
pengamatan tentang masyarakat, empat, objek, dan segala situasi yang menambah
ke dalam tingkat kepekaan seorang pemeran.
3.
Interpretasi
Interpretasi pada karakter
adalah usaha seorang pemeran untuk menilai karakter peran yang akan dimainkan. Hasil
penelitian ini didapat sesuai tingkat kemampuan, pengalaman, dan hasil analisis
karakter pada lakon. Fungsi interpretasi adalah untuk menjadikan karakter peran
menjadi bagian dari diri pemerannya.
4.
Ingatan
Emosi
Ingatan emosi adalah
salah satu perangkat pameran untuk bisa mengungkapkan atau melakukan hal-hal
yang berada di luar dirinya. Sumber dari ingatan emosi adalah kajian pada
ingatan diri sendiri, dan kajian sumber motivasi atau lingkungan motivasi yang
bisa diamati. Ingatan emosi berfungsi untuk mengisi emosi peran yang dimainkan.
5.
Irama
Irama yang dimaksud adalah irama permainan dalam karakter. Pemeran dalam sebuah pertunjukan harus menciptakan Irama tersebut. Irama dasar dari permainan pemeranan adalah perkembangan watak dan cerita itu sendiri. Dengan adanya irama, suatu adegan tidak menjadi monoton dan dapat memikat penonton. Dalam suatu pertunjukan irama berhubungan langsung dengan keadaan emosional dan organ sumber suara pemeran.
Sekian materi dari ibu, semoga kita semua dalam keadaan sehat selalu..
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Rafiq Labib
BalasHapusX IPA 1
Zyea Sabita Salma
BalasHapusX IPA 1
Novela tri wulandari
BalasHapusX IPA 1
rizky novitha ayu wardani
BalasHapusX IPA 1
Sisilia ratu intana
BalasHapusX IPA 1
Mutiara Khairunnisa
BalasHapusX IPA 1
Ahmad Duta Prima Pahlevi
BalasHapusX IPA 1
firza ariandini
BalasHapusX IPA 1
Aldi nazari
BalasHapusX ipa 1
Indi Ananda Nazwa
BalasHapusX IPA 1
Chitra Pinasvita Maharani
BalasHapusX IPA 1
LUthfia rahmawati
BalasHapusX ipa 1
M.azmi zakya yusuf
BalasHapusX IPA 1
Ulya Chairun Nissa
BalasHapusX IPA 1
Shofiyyah nur aziza
BalasHapusX IPA 1
afiya raihana
BalasHapusX IPA 1
Nova Aprilia
BalasHapusX IPA 1
Galih Egi sandi
BalasHapusX IPA 1
Dwi Alvina Damayanti
BalasHapusKelas X IPA 1
Regina chanda veronica
BalasHapusX ipa 1
nisrina amalia putri
BalasHapusX IPA 1
Dicky ardiansyah X IPA 1
BalasHapuschesta arya agil saputra
BalasHapusX IPA 1
Hervina sari
BalasHapusX IPA 1
Fitria nuraini
BalasHapusX IPA 1
Yodha wiryawan
BalasHapusX IPA 1
Daffa alpattah dhenata
BalasHapusX IPA 5
Cahyani Putri
BalasHapusX IPA 1
Lidia Nabela
BalasHapusX IPA 5
Dhita Octarina
BalasHapusX IPA 5
Chintia indri audina
BalasHapusX ipa 5
Mareta Agnesa Riama
BalasHapusX IPA 1
Anita putri
BalasHapusX IPA 5
R dia permatasari
BalasHapusX IPA 5
Azianisa Eka Al Yhasa
BalasHapusX IPA 5
Mutiara Ajeng Pratiwi
BalasHapusX IPA 5
Faisa Ananta Widya
BalasHapusX Ipa 5
Tristia Mei Rinanda
BalasHapusX IPA 5
Amanda Intan
BalasHapusX IPA 5
Rafa Muhammad Rayhan
BalasHapusX IPA 5
Ayu Nabila febyana
BalasHapusX IPA 5
Andrea Wijaya
BalasHapusX IPA 5
Benardy Fatih Wicaksono
BalasHapusX IPA 5
Natasyah Amanda Novi Syahfitri
BalasHapusX IPA 5
cantika dina
BalasHapusX IPA 5
Nuzula Ratu Lediana
BalasHapusX IPA 5
Alya Aida Salma
BalasHapusX IPA 5
Nana Marsanda
BalasHapusX IPA 5
M.Steven Aditya Maryono
BalasHapusX IPA 5
Deva Rifal Adhari
BalasHapusX IPA 5
Nensi ervila putri
BalasHapusX ipa 5
Wahyu Dwi Iswantoro
BalasHapusX IPA 5
M. Dany Nurdin
BalasHapusX IPA 5
Nova aprilia
BalasHapusX IPA 1
Zidan Habib
BalasHapusX IPA 5
zahwa natasya hamzah
BalasHapusX IPA 1
Alan Saputra
BalasHapusX IPA 5
Benardy Fatih Wicaksono
BalasHapusXI IPA 5